Rabu, April 16, 2014
11
Berbagai persenjataan Sukhoi telah datang dan akan terus ditambah lagi. Jet tempur Su-27/30 kini menjadi alutsista paling berbahaya di barisan arsenal TNI AU.

MAKASSAR-(IDB) : Kunjungan Angkasa ke Makassar bulan lalu untuk menghadiri upacara serah terima jabatan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II dari Marsda TNI Agus Supriatna kepada Marsma TNI Abdul Muis menjadi momen yang sangat berharga. 

Pasalnya, sehari sebelum pelaksanaan sertijab pada 25 Maret 2014 itu, Angkasa mendapatkan kesempatan eksklusif dari KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia untuk melihat langsung beragam persenjataan yang telah dibeli Pemerintah Indonesia untuk armada Su-27/30 Skadron Udara 11. Pesan KSAU sederhana, agar masyarakat Indonesia tahu bahwa Sukhoi TNI AU kini sudah bersenjata lengkap.


Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Dody Trisunu mengungkapkan, beragam persenjataan yang telah datang saat ini menjadikan armada Su-27/30 siap tempur. Kelengkapan persenjataan ini kemudian disempurnakan dengan kemampuan para penerbang Skadron Udara 11 yang sudah diasah langsung oleh para instruktur senjata dan penerbang tempur AU Rusia. Setiap tahun TNI AU rutin mengirimkan para penerbangnya ke negeri Beruang Merah untuk memperdalam ilmu dan kemahiran bertempur. Tahun ini saja, ada empat gelombang pengiriman penerbang ke Rusia.



Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Dedy Ilham S. Salam menerangkan, di Rusia para penerbang Sukhoi TNI AU mendapat selama empat bulan dari para suhu senjata dan pertempuran udara yang sudah sangat mumpuni sehingga mereka dijuluki profesor. “Mereka adalah para penerbang tempur AU Rusia yang sudah mencoba segala macam persenjataan Sukhoi,” ujarnya. “Bahkan, ketika kami di sana, ada satu profesor yang ilmunya sangat tinggi didatangkan khusus dari Siberika ke Moskwa, hanya untuk melatih kami,” ujarnya.



Para guru AU Rusia tak segan-segan mewariskan ilmu perang udaranya kepada para penerbang TNI AU. “Semakin lama mengakrabi para profesor, maka semakin banyak ilmu yang mereka turunkan kepada kami,” lanjutnya. Bahkan mereka pun memberikan tanda khusus kepada para penerbang Sukhoi TNI AU yang sudah berhasil melaksanakan penembakan maupun pengeboman munisi live. “Ya, begitulah, kodrat mereka bertempur, sehingga mereka pun sangat mengapresiasi kami yang sudah pernah mencoba senjata Rusia,” tambah Dedy yang sudah memiliki lebih 1.000 jam terbang di Su-27/30.



Dedy menguraikan, pakem tempur Rusia adalah pertempuran jarak jauh (BVR). “Nah, di situlah mereka juga menurunkan ilmu dan teknik bertempur jarak jauh. “Bagi mereka, close formation tidak lagi berguna karena itu hanya dibutuhkan oleh tim aerobatik,” urai alumni AAU 1995 ini.



Gelar Senjata


Atas permintaan KSAU, sebagian senjata Sukhoi Skadron Udara 11 lalu ditarik dari gudang senjata dan digelar untuk Angkasa publikasikan. Di antara yang didisplay saat itu adalah rudal udara ke udara short-medium RVV berdaya jangkau 80 km, rudal udara ke udara jarak pendek R-73, rudal udara ke permukaan antikapal Kh-29PE dan Kh-31PE, serta bom OFAB 250. Melihat langsung senjata-senjata mematikan itu di depan mata, rasanya badan langsung gemetar sekaligus membayangkan kalau Flanker TNI AU kini telah berubah jadi burung besi ganas yang sangat berbahaya bagi lawan demi tugas menegakkan kedaulatan NKRI.



Uraian secara detail dari persenjataan ini mungkin akan dibahas dalam kesempatan berikutnya. Namun para pecinta kedirgantaraan sekiranya dapat memahami bahwa keseriusan pemerintah menjadikan TNI AU yang kuat, telah menjadi program bertahap dalam skema MEF (minimum essential force) yang telah dicanangkan pemerintah hingga tahun 2004. Mari kita sambut dengan gembira sambil menunggu arsenal-arsenal berikutnya, untuk semua alutsista yang dipercayakan pengoperasiannya kepada TNI Angkatan Udara. 




Sumber : Angkasa

11 komentar:

  1. Masih kurang... minimal 5 skuad heavyfighter. masing-masing di sabang, natuna, jawa barat, makasar dan papua. Tambah lagi 10 squad f16 atau grippen e di pekanbaru, bangka, pontianak, jawa timur, tarakan, manado, ternate, merauke, kupang dan lombok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang banyak, ........???
      Emang beli kacang???

      Hapus
    2. Semua sadar broo klo arsenal tempur kita msh jauh dr cukup. N klo memang d anggp cukup pun gk akan mungkin d ekspos k media. TNI lbh paham kebutuhan alutsista nya.

      Hapus
    3. Hehe.. pasti banyak yang koment.. asyik ada yang nyahut

      Hapus
  2. SU34, SU35s/bm 6 skuadron aja, daripada gaji buat buat orang2 yg mengatasnamakan rakyat yg gak jelas kerjannya yg nampak cuma negativ, mending beli pertahanan negara

    BalasHapus
  3. berharap SU-35BM, SU-34, Rafale, Gripen NG, Typhoon sbg fighter dan TU-22M3, TU-160 sbg bomber dapat segera bergabung masuk dalam skuadron TNI-AU.
    sedangkan untuk medium/heavy lifter dapat bergabung A-400M, C-17 dan AN-124 plus AN-225

    BalasHapus
  4. Jangan banyak2 dulu Gan, Kalau ada capres 2014 berani buat surat Perjanjian. untuk MEF II akan beli 2 skuad SU-35, 2 skuad Rafale/Gripen NG, 3 IL-76 AEW, 4 CN295 AEW, 4 A330 Tanker untuk AU. 5 Baterai S-300PMU2, 5 Baterai HQ-16 untuk arhanud. dan nambah 6 PKR SIGMA 10514, 3 destroyer FREMM/Sovremeny class, 6 frigate Gepard class, 4 Kilo class+3 Amur 1650 class. saya siap pilih and cari massa deh..Jokowi berani gak ya, kalau nggak malu dong ama pak SBY.

    BalasHapus
  5. itu gambar ke2 emang su 27 ya...kok agak gemuk...?

    BalasHapus
  6. Jakarta aja dibenahin apalagi indonesia. Optimis deh presiden baru kita harapkan bisa beli sekalian SU Fak PA T50 stealth milik rusia itu. hehe. Besok siapapun presidennya harus berani tanggung jawab jagain wilayah negara dengan serius. Borong aja teknologi yang sekalian stealth, bukan teknologi yang nanggung nanggung. hayo pikirkan lebih maju indonesiaku

    BalasHapus
  7. Sengaja senjata flanker di umbar ,untuk menguatkan warning ke tetangga selatan agar tidak macam macam lagi.Sebenarnya agar tetangga tidal sok jagoan kita perlu penempur jarak jauh murni seperti TU 22M3 back fire c.bisa terbang follow teraint ikut kontur bumi,dengan swing wing.Beli beberapa skuads tentu harga lebih murah dari padaseri terbaru SU 34.Jeroannya di mutakhirkan dengan tehnologi terkini.China saja baru baru ini juga beli ke ruski .Pertimbangannya harga lebih murah bisa dapat banyak dan tidak kalah dalam tehnologi( di refurbish).Punya daya gentar bagi musuh karena bisa bawa bermacam macam rudal bahkan rudal NUK bila perlu.Daya jelajah 2x SU 27.Bayangin bisa terbang sampai new zealand paling selatan.

    BalasHapus
  8. 2 skuadron SU 35 cukup untuk mengimbangi tetangga kita yg sering Bergaya konyol,yg sdh tentu TNI AU kita makin disegani dan mungkin mereka berpikir ulang jika ingin main-main dihalaman rumah kita spt yg sdh-sdh.1 skuadron ditempatkan diwilayah papua untuk mengawal bagian timur,dan 1 skuadron ditempatkan di jakarta sbg payung pertahanan ibukota,,,

    BalasHapus